Konsep Dasar Hemoglobin
Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa
oksigen eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang.
Merupakan empat rantai polipeptida globin yang berbeda, masing-masing terdiri
dari bebrapa ratus asam amino ( Kumala, 2005).
Hemoglobin
adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah
dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit
menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui
adalah anemia sel sabit dan talasemia. Hemoglobin adalah suatu pigmen yang
secara alamiah berwarna dan mengandung zat besi, apabila berikatan dengan
oksigen (O2) akan tampak kemerahan dan kebiruan apabila mengalami deoksigenasi.
Dengan demikian darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah dan darah
vena yang kehilangan sebagian oksigennya di dalam jaringan memperlihatkan rona
kebiruan (Guyton, 2007).
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein
yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen
dari paru-paru
ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon
dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein, dan empat
gugus heme,
suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2011).
Hemoglobin
adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah (Supariasa,dkk., 2003).
Dari
beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hemoglobin adalah adalah metaloprotein (protein
yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen
dari paru-paru
ke seluruh tubuh.
Struktur Haemoglobin
Pada
pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin
yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan
oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan
gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein
globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah yang
paling dikenal dan banyak dipelajari.
Pada
manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang
terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara
non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas
empat molekul oksigen (Wikipedia, 2011).
Pembentukan Hemoglobin
Sel
darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang
paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Warna
merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur
pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. (Wikipedia, 2011)
Sel darah merah manusia dibuat dalam sumsum
tulang. Proses eritropoesis dimulai dari sel induk multipotensial. Dari
beberapa sel induk multipotensial terbentuk sel-sel induk unipotensial yang
masing-masing hanya membentuk satu jenis sel misalnya eritrosit. Proses
pembentukan eritrosit ini disebut eritropoesis. Sel induk unipotensial akan
mulai bermitosis sambil berdiferensiasi menjadi sel eritrosit bila mendapat rangsangan
eritropoetin. Selain merangsang proliferasi sel induk unipotensial,
eritropoetin juga merangsang mitosis lebih lanjut sel promonoblas, normoblas
basofilik dan normoblas polikromatofil. Sel eritrosit termuda yang tidak berinti
disebut retikulosit yang kemudian berubah menjadi eritrosit. Dalam proses
pembentukan sel darah merah, rangsangan oleh eritropoetin dalam jumlah yang
amat kecil saja akan merangsang sel unipotensial yang committed untuk segera
membelah diri dan berdiferensiasi menjadi proeritroblas.
Gambar 2.1. Eritropoesis
Ada dua proses yang memegang peranan utama dalam proses
pembentukan eritrosit dari sel induk unipotensial yaitu pembentuk
deoxyribonucleic acid (DNA) dalam inti sel dan pembentuk HB dalam plasma
eritrosit.
Pembentuk sitoplasma sel dan hemoglobin (HB)
terjadi bersamaan dengan proses pembentukan DNA dalam inti sel. Seperti
dikemukakan sebelumnya HB merupakan unsur terpenting dalam plasma eritrosit.
Molekul HB terdiri dari globin, protoporfu-in dan besi (Fe).
Globin dibentuk sekitar ribosom sedangkan
protoporfirin dibentuk sekitar mitokondria. Besi didapat dari transferin. Pala
permulaan sel eritrosit berinti terdapat reseptor transferin. Gangguan dalam pengikatan
besi untuk membentuk HB akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan
sitoplasma yang kecil (mikrositer) dan kurang mengandung HB di dalamnya
(hipokrom). Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe
untuk pembentukan HB dapat disebabkan oleh rendahnya kadar Fe dalam darah. Hal
ini dapat disebabkan oleh kurang gizi, gangguan absorbsi Fe (terutama dalam
lambung), dan kebutuhan besi yang meningkat (kehamilan, perdarahan dan
sebagainya). Penyebab ketidak berhasilan eritrosit berinti untuk mengikat besi
dapat juga disebabkan oleh rendahnya kadar transferin dalam darah. Hal ini
dapat dimengerti karena sel eritrosit berinti maupun retikulosit hanya memiliki
reseptor transferin bukan reseptor Fe. Perlu kiranya diketahui bahwa yang dapat
terikat dengan transferin hanya Fe elemental dan untuk membentuk 1 ml packed
red cells diperlukan 1 mg Fe elemental.
Gangguan produksi globin hanya terjadi karena
kelainan gen (Thalassemia, penyakit HbF, penyakit Hb C, D, E, dan sebagainya).
Bila semua unsur yang diperlukan untuk memproduksi eritrosit (eritropoetin, B12
, asam folat, Fe) terdapat dalam jumlah cukup, maka proses pembentukan
eritrosit dari pronormoblas s/d normoblas polikromatofil memerlukan waktu 2-4
hari. Seanjutnya proses perubahan retikulosit menjadi eritrosit memakan waktu
2-3 hari; dengan demikian seluruh proses pembentukan eritrosit dari
pronormoblas dalam keadaan "normal" memerlukan waktu 5 s/d 9 hari.
Bila diberikan obat anti anemik yang cukup pada penderita anemia defisiensi
maka dalam waktu 3-6 hari kita telah dapat melihat adanya kenaikan kadar retikulosit;
kenaikan kadar retikulosit biasanya dipakai sebagai patokan untuk melihat
adanya respon pada terapi anemi. Perlu kiranya diketahui bahwa diperlukan
beberapa jenis enzim dalam kadar yang cukup agar eritrosit dapat bertahan dalam
bentuk aktif selama 120 hari. Kekurangan enzim-enzim ini akan menyebabkan
eritrosit tidak dapat bertahan cukup lama dan menyebabkan umur eritrosit tadi
kurang dari 120 hari. Ada dua enzim yang berperan penting yaitu piruvat kinase
dan glukose 6-fosfat dehidrokinase (G6PD). Defisiensi kedua ensim tadi
disebabkan oleh karena adanya kelainan gen dalam kromosom (Harryanto, 2004).
Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin
di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan
dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan
dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh
berada di dalam hemoglobin (Almatsier, 2003).
Menurut
Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1.
Mengatur pertukaran oksigen
dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari
paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai
sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari
jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang,
untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat
diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari
normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Lyza, 2010).
Pengukuran Kadar Hemoglobin
Metode
yang paling sering digunakan dan sederhana adalah metode sahli. Pada metode ini,
hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh
oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi
dengan ion Cl membentuk ferrihemeclorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna
standar (Supariasa,dkk., 2003).
Prosedur
pemeriksaan dengan metode sahli
Reagensia
1.
HCl 0,1 N
2.
Aquadest
Alat
3.
Pipet hemoglobin
4.
Alat Sahli
5.
Pipet
6.
Pengaduk
Prosedur Kerja
7.
Masukkan HCl 0,1 N ke dalam
tabung Sahli sampai angka 2
8.
Bersihkan ujung jari yang akan
diambil darahnya dengan larutan desinfektan, kemudian tusuk dengan lanset
9.
Isap dengan pipet hemoglobin
sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian teteskan darah sampai ke
tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring atau kertas
tissue
10.
Masukkan pipet yang berisi
darah ke dalam tabung, sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian
tiup pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah
dengan cara menghisap HCl dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali
11.
Campur sampai rata dan diamkan
selama kurang lebih 10 menit
12.
Masukkan kedalam alat
pembanding, encerkan dengan aquadest tetes demi tetes sampai warna larutan sama
dengan warna pembanding
13.
Bila sudah sama, baca kadar
hemoglobin pada skala tabung
Penggolongan Hasil Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin pada ibu hamil dengan metode sahli
dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan
trimester III. Hasil pemeriksaan Hb
dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut
Hb 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb <7 gr% : anemia berat
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai
penurunan kadar hemoglibin kurang dari 11 gr/dl selama masa kehamilan trimester
1 dan trimester 3 dan kurang dari 10 gr/dl selama masa kehamilan trimester kedua.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang
lazim disebut hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Proverawati, 2009).
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, Sunita
(2003) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Guyton, A. C. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Harryanto (2004) Mekanisme Anemi
Defisiensi Besi (http://www.kalbe.co.id) diakses tanggal 23 Januari
2011
Kumala,Poppy (2001) Kamus
Saku Kedokteran Dorlan. Jakarta:
EGC
Lyza (2010) Hubungan
Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja (http://www repository.usu.ac.id) diakses
tanggal 12 Januari 2012
Proverawati, Atikah, dkk. (2009) Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Supariasa, I
Dewa Nyoman, dkk. (2003) Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Wikipedia (2011) Hemoglobin (http//id.wikipedia.org)
diakses tanggal 21 Desember 2011
No comments:
Post a Comment